Jumat, 10 April 2015

Nyatakah Kisahmu Bono?

Bono, si bocah mungil, cerewet, dengan tampang yang imut-imut. Entah apa yang terlintas di pikiran orang tuanya, ketika menamai malaikat kecil mereka , yang meneriaki dunia yang indah nan kejam ini.
Terlintas dalam pikiranku, mungkin terinspirasi  dari vokalis band U2. Bono, bocah kecil, berwarna kulit kecokelatan dengan kepala yang selalu tampil plontos, layaknya legenda sepakbola kelas dunia asal Brazil, Ronaldo. Dari bocah kecil ini aku belajar melihat, bagaimana seorang anak berusia 8 tahun bertarung melawan kerasnya dunia. Membantu orang tua memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, untuk makan dan kebutuhan lainnya, bersama kedua adiknya. Seperti halnya bocah kecil lainnya yang tak mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan, Bono juga mempunyai mimpi besar dan melangit, mungkin dia mengharap seperti kalimat Bung Karno, "Bermimpilah setinggi langit, jika kau jatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang." Entahlah.
Setiap hari Bono kecil menjajakan koran di persimpangan jalan, di bawah teduhnya tangkisan struktur kokoh arsitektur  flyover, terhadap terik sinar mentari. Bono kecil selalu bermimpi untuk bisa sekolah, sekadar merasakan bagaimana rasanya di tanyai guru soal penjumlahan dan pengurangan. Pun merasakan terik mentari, saat ikut upacara bendera di sekolah, atau sekadar memegang rapor kecil bertulikan nama, kelas, dan wali kelasnya.
Tapi apa daya, lemahnya ekonomi keluarga, memaksa Bono ikut ambil bagian dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga. Dan menunda mimpinya untuk bersekolah. Pertanyaan yang muncul setelah paragraf yang menceritakan kisah singkat Bono di atas, adakah usaha serius pemerintah menangani kasus seperti ini? bukan hanya untuk Bono yang satu ini, tapi untuk Bono-Bono lainnya. Atau inisiatif kaum intelektual muda yang akan mengatasi masalah seperti yang di alami Bono ini? jawabannya jika pilihan kedua yang melakukannya, maka itu sebuah  tamparan keras untuk pemerintah agar lebih peka terhadap masalah seperti ini.
Lupakan tentang pertanyaan tadi, semoga ada yang terefeki dengannya. Kita lanjutkan saja cerita tentang Bono kecil tadi yang mendapatkan secercah harapan, yang secara tidak sadar terjadi sangat singkat di saat kita serius membaca dan menanggapi pertanyaan di paragraf ketiga. Harapan apa yang didapat Bono? Bono mendapatkan impiannya. Bersekolahkah Bono? Iya. Tapi bukan sekolah formal seperti umumnya, melainkan sekolah yang digagas kaum muda, untuk membantu orang-orang kurang beruntung, dalam persoalan kemampuan ekonomi untuk bersekolah. Di sana bukan hanya Bono yang diceritakan sejak awal tulisan ini, tapi ada Bono-Bono lainnya. Mereka bahagia? Sangat bahagia. Karena mereka mendapatkan pendidikan yang, bahkan lebih dari yang didapatkan anak-anak seusianya di sekolah formal. Beruntungnya Bono kecil ini bertemu dengan sosok serupa peri di cerita Peterpan, atau sosok serupa Jin Botol dalam cerita dongeng Alladin, yang mampu mewujudkan mimpinya, untuk sekolah. Entahlah, hanya aku dan Bono yang tahu sosok-sosok itu.

Oleh: Retho Bambuena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar